SUMBARBISNIS – Kenaikan harga sejumlah komoditas di Sumatra Barat pada November 2024 memicu inflasi sebesar 0,80% (yoy). Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) di empat kabupaten dan kota, Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat dari 105,68 (November 2023) menjadi 106,53 (November 2024). Secara bulanan (mtm), inflasi mencapai 0,27%, dengan inflasi tahunan hingga November sebesar 0,54%.
Kabupaten Dharmasraya mencatat inflasi tertinggi sebesar 1,29% dengan IHK 107,19, sementara Pasaman Barat mengalami inflasi terendah sebesar 0,10% dengan IHK 106,77. Menurut Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto, kenaikan harga emas perhiasan, beras, bawang merah, daging ayam, sigaret kretek mesin, dan minyak goreng menjadi pendorong utama inflasi yoy, dikutip Bisnis.
“Komoditas seperti tomat, daging ayam, minyak goreng, tarif dokter spesialis, emas perhiasan, dan cabai merah juga dominan memengaruhi inflasi bulanan,” jelas Sugeng.
Menanggapi kondisi ini, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumbar hingga akhir 2024 berada di kisaran 4,07–4,87% (yoy). Kepala Perwakilan BI Sumbar, M. Abdul Majid Ikram, menyebut permintaan domestik menjadi penggerak utama. “Inflasi pada 2025 diproyeksikan tetap berada dalam sasaran nasional 2,5 ± 1% (yoy),” ujarnya.
Digitalisasi sistem pembayaran dan penguatan UMKM akan menjadi fokus BI pada 2025. Sistem ini bertujuan mendorong efisiensi transaksi serta meningkatkan inklusi keuangan. Reformasi struktural juga diusulkan untuk mewujudkan transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Majid menyoroti empat pilar reformasi: perbaikan iklim investasi, kolaborasi dengan perantau Minangkabau, peningkatan produktivitas sektor utama, dan pengembangan pusat ekonomi berbasis unggulan daerah. “Keterlibatan diaspora, hilirisasi industri sawit, serta penguatan pariwisata berbasis budaya dan alam dapat menciptakan ekonomi Sumbar yang tangguh dan beragam,” tambahnya.
Untuk menjaga pemerataan pembangunan, Majid mengusulkan strategi spesifik per wilayah. Kota Padang dapat dikembangkan sebagai pusat layanan pendidikan dan kesehatan internasional. Sementara itu, Pasaman Barat dan Dharmasraya diharapkan fokus pada hilirisasi industri kelapa sawit, dan Kepulauan Mentawai serta Bukittinggi diarahkan untuk memperkuat sektor pariwisata.
“Melalui sinergi berbagai pihak, Sumbar memiliki peluang besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berdaya tahan dan inklusif,” pungkasnya.