Padang – Harga gula yang mengalami kenaikan tidak selalu menjadi ancaman bagi masyarakat. Menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Andalas (Unand) Prof Syafruddin Karimi, naiknya harga gula dapat menjadi peluang bagi Sumatera Barat (Sumbar) untuk mengembangkan produksi strategis, seperti pembangunan pabrik gula.
Dia menyatakan bahwa Sumbar memiliki sumber daya alam yang cukup untuk mewujudkan produksi strategis ini, terutama dalam membangun pabrik gula dengan skala besar.
Peluang ini dapat diwujudkan karena Sumbar memiliki lahan tebu yang luas dan kualitas tebu yang baik di daerah Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Tanah Datar.
Menurutnya, naiknya harga gula dapat menjadikan Sumbar sebagai salah satu produsen gula terkemuka di Indonesia.
Hal ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumbar serta meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Prof. Syafruddin Karimi juga menyarankan agar pemerintah setempat merumuskan kebijakan yang mendukung pembangunan pabrik gula di Sumbar untuk memenuhi permintaan gula lokal.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini harga gula dunia rata-rata berkisar $1,5 per kilogram, yang jauh lebih tinggi daripada harga gula nasional. Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah setempat mempertimbangkan untuk menghentikan impor gula dan mengalihkan biaya impor tersebut sebagai insentif untuk pembangunan pabrik gula di Sumatera Barat.
Selain itu, kenaikan harga gula juga berdampak pada pelaku usaha makanan olahan rumah tangga yang menggunakan gula sebagai bahan pokok produksinya.
Oleh karena itu, upaya menekan harga gula termasuk dalam langkah-langkah untuk mendukung masyarakat setempat, seperti dengan tidak membebaskan importir gula masuk ke Sumbar dan tidak memberikan kuota kepada importir gula.