SUMBARBISNIS – Bukittinggi mencatatkan inflasi tertinggi di Sumatera Barat pada 2024 dengan angka 1,68 persen. Indeks Harga Konsumen (IHK) Bukittinggi mencapai 106,38, mengindikasikan kenaikan harga yang signifikan. Sebaliknya, Pasaman Barat mencatat inflasi terendah dengan angka 0,37 persen dan IHK 107,55.
Kepala BPS Bukittinggi, Abdi Gunawan, menjelaskan bahwa inflasi year-on-year (y-on-y) dipicu oleh kenaikan harga pada 10 kelompok pengeluaran utama. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan tertinggi, yaitu 2,13 persen.
Kelompok pengeluaran lain yang turut mendorong inflasi meliputi:
- Pakaian dan alas kaki meningkat 1,51 persen.
- Kesehatan naik sebesar 5,38 persen.
- Transportasi bertambah 0,17 persen.
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya melonjak hingga 8,10 persen.
- Restoran naik 1,77 persen.
“Komoditas seperti beras, emas perhiasan, sigaret kretek mesin, daging ayam ras, dan minyak goreng memicu inflasi pada Desember 2024,” ungkap Abdi, Jumat (3/1/2025).
Namun, beberapa komoditas menyumbang deflasi y-on-y. Cabai merah, bensin, bahan bakar rumah tangga, bawang merah, dan kangkung membantu menahan laju inflasi.
Secara month-to-month (m-to-m), Bukittinggi mencatat inflasi sebesar 0,34 persen pada Desember 2024. Cabai merah, sigaret kretek mesin, ayam hidup, dan minyak goreng menjadi penyebab utama kenaikan harga. Sebaliknya, kentang, bawang merah, daging ayam ras, dan ikan cakalang menekan inflasi bulanan.
Langkah Strategis untuk Stabilitas Ekonomi
Inflasi year-to-date (y-to-d) Bukittinggi sebesar 1,68 persen mencerminkan dinamika ekonomi lokal yang kompleks. Kenaikan harga bahan pokok memengaruhi daya beli masyarakat. BPS mencatat kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi y-on-y sebesar 0,73 persen. Kelompok kesehatan dan restoran masing-masing menyumbang 0,17 persen dan 0,23 persen. Sebaliknya, sektor informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mencatat deflasi sebesar 0,02 persen.
Kepala BPS Sumbar, Sugeng Arianto, menekankan pentingnya pengendalian harga komoditas utama. “Kolaborasi antara pemerintah daerah dan pelaku usaha menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan,” ujarnya.
Dengan catatan inflasi tertinggi ini, Bukittinggi perlu memperkuat strategi pengendalian harga. Langkah ini akan meningkatkan daya beli masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil pada tahun mendatang.